Transmisi Synchronous dan Asynchronous


Hello semua, kembali lagi dengan kami sang Blogger pemula. Pada kesempatan kemarin kami telah membagikan mengenai Komunikasi Data. Kali ini kami akan membagikan materi mengenai Transmisi Synchronous dan Asynchronous. Jadi mari kita langsung saja menuju pembahasan.

Transmisi Synchronous dan Asynchronous

Transmisi data seri; yakni di mana. Data yang ditransfer lebih dari satu sinyal dibandingkan dengan sinyal pada saluran paralel, sebagaimana yang biasa dilakukan dengan perangkat 1/0 dan jalur sinyal komputer internal. Dengan transmisi seri, elemen-elemen pensinyalan dikirim sepanjang jalur sekaligus. Setiap elemen-elemen pensinyalan bisa berarti: 
  • Kurang dari satu bit: Dalam hal ini, contohnya, dengan pengkodean Manchester. 
  • Satu bit: Contohnya, NRZ-L digital dan FSK analog. 
  • Lebih dari satu bit: Contohnya, QPSK.

Untuk menyederhanakan pembahasan selanjutnya, kita mengasumsikan satu bit per elemen pensinyalan kecuali bila yang sebaliknya yang dinyatakan. Pembahasan ini tidak secara langsung dipengaruhi oleh simplifikasi ini.
gambar penerima data digital melibatkan pemeriksaan sinyal
Perhatikan gambar di atas dimana penerima data digital melibatkan pemeriksaan sinyal yang datang satu kali per bit waktu untuk menentukan nilai biner-nya. Salah satu kesulitan dalam menjalankan proses semacam itu adalah karena berbagai gangguan transmisi akan merusak sinyal sehingga kadang-kadang terjadi kesalahan. Problem ini terjadi dikarenakan adanya kesulitan dalam hal waktu. Pada dasarnya tidak ada masalah bagi receiver untuk memeriksa bit-bit yang datang sebagaimana mestinya, yang harus diketahui adalah waktu kedatangan serta durasi dari setiap bit pada saat diterima.
Seandainya, pengirim mentransmisikan suatu deretan bit-bit data. Pengirim memiliki sebuah detak yang menentukan waktu bit-bit yang ditransmisikan. Sebagai contoh, bila data ditransmisikan pada satu juta bit per detik (1 Mbps), maka satu bit akan ditransmisikan setiap 1 / 106 = 1 mikrodetik (µs), seperti yang tercatat pada detak pengirim. Biasanya, receiver akan berupaya memeriksa media di tengah-tengah waktu penerimaan bit. Receiver akan menghitung waktu sampel-sampel tersebut pada interval satu bit. Pada contoh tersebut, pemeriksaan akan terjadi setiap 1 µs. Bila receiver menghitung waktu sampel-sampel berdasarkan atas detak miliknya sendiri, akan muncul masalah bila detak pada transmitter dan receiver tidak sama. Bila terdapat geseran sebesar 1 persen (detak pada receiver satu persen lebih cepat atau lebih lambat dibanding detak pada transmitter), maka pemeriksaan pertama menjadi 0,01 bit waktu (0,01 µs) jauhnya dari pusat bit (pusat bit adalah 5 mulai dari bit awal sampai bit terakhir). Setelah 50 sampel atau lebih, receiver kemungkinan mengalami kesalahan yang disebabkan karena pemeriksaan dilakukan pada waktu yang salah (50 x 0,1 = 5 µs). Bila perbedaan waktunya lebih kecil, akan tetap terjadi kesalahan, namun receiver akan mengambil tindakan lebih dulu dibanding transmitter, terlebih bila transmitter mengirimkan deretan bit yang cukup panjang dan bila memang tidak ada langkah-langkah yang diambil untuk mensinkronkan transmitter dan receiver.

Transmisi Asychronous

Ada dua pendekatan yang paling umum untuk mencapai sinkronisasi yang diharapkan. Pertama disebut transmisi asynchronous. Strategi dalam skema ini adalah menghindari problem yang berkaitan dengan waktu dengan cara tidak mengirimkan deretan bit yang panjang dan tidak putus-putus. Jadi, data ditransmisikan satu karakter sekaligus, dimana setiap karakter panjangnya lima sampai delapan bit. Waktu atau sinkronisasi harus dipertahankan hanya didalam setiap karakter; receiver memiliki peluang melakukan sinkronisasi pada permulaan setiap karakter baru.

Gambar Transmisi Asynchronous


Gambar di atas memberi penjelasan mengenai teknik ini. Bila tidak ada karakter yang ditransmisikan, jalur diantara transmitter dan receiver dinyatakan dalam status idle. Definisi idle ekuivalen terhadap elemen-elemen pensinyalan untuk biner 1. Sehingga, idle bisa berupa adanya tegangan negatif pada jalur tersebut. Permulaan karakter ditandai dengan suatu start bit dengan nilai biner 0. Ini diikuti dengan lima sampai delapan bit yang sebenarnya merupakan karakter. Bit-bit karakter ditansmisikan yang dimulai dengan bit yang secara signifikan merupakan yang paling sedikit. Sebagai contoh, untuk karakter IRA, bit pertama yang ditransmisikan adalah bit yang diberi label bl dalam Tabel 3.1. Biasanya, bit-bit data diikuti oleh sebuah bit parittas, yang karenanya berada dalam posisi bit yang paling signifikan. Bit paritas disusun oleh transmitter semacam itu. Jumlah total bit-bit dalam karakter, termasuk bit paritas, bisa genap (paritas genap) atau ganjil (paritas ganjil), tergantung ketentuan yang digunakan. Bit ini dipergunakan oleh receiver untuk mendeteksi keselahan, sebagaimana yang dibahas di Bab 7. Yang dimaksud dengan elemen akhir adalah stop element, yang berupa biner 1. Panjang minimum untuk elemen akhir ditentukan, biasanya 1, 1, 5 atau 2 kali durasi bit biasa. Tidak adanya nilai maksimum juga ditentukan. Karena elemen akhir sama dengan status idle, transmitter tidak akan terus mentransmisikan elemen akhir sampai elemen akhir siap mengirimkan karakter berikutnya.
Bila deretan karakter dikirim, interval diantara kedua karakter tersebut menjadi seragam dan setara terhadap elemen akhir. Sebagai contoh, bila elemen akhir sebesar satu bit waktu dan karakter IRA ABC dikirim (dengan bit paritas genap), polanya adalah 01000001010010000101011000011111 ... 111. Bit awal (0) memulai deretan waktu untuk sembilan elemen berikutnya, yang berupa 7-bit kode IRA, bit paritas,  dan elemen akhir. Pada status idle, receiver mencari transisi dari 1 sampai 0 untuk menandai permulaan karakter berikutnya dan kemudian memeriksa sinyal-sinyal input pada satu bit interval untuk tujuh interval. Dilanjutkan dengan mencari transisi 1 sampai 0 berikutnya, yang akan muncul tidak lebih cepat dibanding satu bit waktu lagi.
Transmisi asynchronous sangat sederhana dan murah namun memerlukan tambahan dua sampai tiga bit per karakter. Sebagai contoh, untuk karakter 8-bit tanpa bit prioritas, menggunakan elemen akhir sepanjang I-bit, dua dari setiap sepuluh bit tidak membawa informasi, namun mereka hanya untuk sinkronisasi saja; sehingga tambahannya adalah 20 persen. Tentu saja, tambahan persentase dapat dikurangi dengan mengirimkan blok bit yang lebih besar diantara bit awal dan elemen akhir. Bagaimanapun juga, seperti yang ditunjukkan dalam gambar 6.1c, semakin besar blok bit, maka semakin besar tumpukan kesalahan. Untuk mencapai tingkat efisiensi yang lebih besar, digunakan transmisi synchronous, yang merupakan bentuk lain dari sinkronisasi.

Transmisi Synchronous
   Dengan transmisi synchronous, suatu blok bit ditransmisikan dalam suatu deretan yang cukup mantap tanpa kode start dan stop. Panjang blok tersebut bisa terdiri dari bit-bit yang begitu banyak. Untuk mencegah ketidaksesuaian waktu di antara transmitter dan receiver, detak-nya dengan cara apapun harus dibuat sinkron. Salah satu kemungkinannya adalah dengan menyediakan sebuah jalur detak terpisah diantara transmitter dan receiver. Salah satu sisi (transmitter maupun receiver) mengatur jalur secara teratur dengan satu pulsa pendek per bit waktu. Sisi yang lain mengunakan pulsa reguler ini sebagai detak. Teknik ini akan bekerja dengan baik untuk jarak pendek, namun untuk jarak yang lumayan panjang pulsa detak akan menjadi sasaran gangguan-gangguan yang sama seperti yang terjadi pada sinyal data, ditambah lagi dengan adanya kesalahan dalam hal waktu. Alternatif lain, dengan menyimpan informasi pewaktuan pada sinyal data. Untuk sinyal-sinyal digital, hal ini bisa diperoleh dengan pengkodean Manchester atau Manchester Diferensial. Sedangkan untuk sinyal-sinyal analog, terdapat sejumlah teknik yang dapat dipergunakan; misalnya, frekuensi pembawa itu sendiri juga dapat dipergunakan untuk mensinkronkan receiver didasarkan atas fase fekuensi pembawa.
Dengan transmisi synchronous, terdapat level sinkronisasi lain yang diperlukan, yang memungkinkan bagi receiver menentukan awal dan akhir suatu blok data. Untuk mencapai hal ini, setiap blok diawali dengan pola bit preamble dan biasanya diakhiri dengan pola bit postamble. Selain itu, bit-bit yang lain ditambahkan ke blok data yang membawa informasi kontrol yang dipergunakan dalam prosedur kontrol data link sebagaimana yang didiskusikan di Bab 7. Data plus preamble, postamble, dan informasi kontrol disebut frame. Bentuk frame yang tepat tergantung pada prosedur kontrol data link apa yang berlaku.
Gambar Format Frame Synchronous
Gambar di atas menunjukkan, menurut istilah umum, bentuk frame khusus untuk transmisi synchronous. Biasanya, frame diawali dengan suatu preamble yang disebut flag, yang panjangnya delapan bit. Flag yang sama dipergunakan sebagai postamble. Receiver mencari pola flag untuk menandai permulaan frame. Ini diikuti dengan beberapa bit-bit kontrol, kemudian bit-bit data (panjangnya variabel untuk sebagian besar protokol), bit-bit kontrol lagi, dan terakhir flag diulang lagi.
Untuk blok data yang cukup besar, transmisi synchronous jauh lebih efisien dibanding transmisi asynchronous. Transmisi asynchronous memerlukan tambahan 20 persen atau bahkan lebih Informasi kontrol, preamble, dan postamble dalam transmisi synchronous biasanya kurang dari 100 bit. Sebagai contoh, salah satu dari skema yang paling umum, HDLC (digambarkan di Bab 7), memuat 48 bit kontrol, preamble, dan postamble. Sehingga, untuk 1000 karakter blok data, masing-masing frame berisikan 48 bit tambahan dan 1000 x 8 = 8.000 bit data, sedangkan persentase kelebihannya hanya 48/8048 x 100% = 0,6%.
Demikian yang dapat kami bagikan, terima kasih telah berkunjung dan semoga bermanfaat. 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jenis-Jenis Kesalahan dan Konfigurasi Saluran

Model Komunikasi